SETELAH Irlandia, Norwegia, dan Spanyol, Rabu (5/6), Slovenia juga menyampaikan deklarasi pengakuan atas kedaulatan Negara Palestina. Pengakuan tersebut disampaikan Perdana Menteri Slovenia Robert Golob.
Pengakuan tersebut dirilis setelah 52 anggota dari 92 anggota parlemen mendukung dekrit untuk mengakui negara Palestina.
Sebelum resmi mendeklarasikan pengakuan tersebut, Golob juga membandingkan nasib Slovenia dengan Palestina.
Golob mengungkapkan warga Slovenia memimpikan kemerdekaan selama 1.000 tahun dan baru bisa meraihnya 33 tahun lalu.
“Sayangnya, bangsa Palestina belum menerima hak-hak ini,” ujar Golob.
Pemerhati Geopolitik dan Hubungan Internasional Khairi Fuady mengatakan pengakuan secara bergiliran negara-negara di dunia ini seperti efek bola salju.
“Dengan adanya sejumlah negara yang speak up begini, dengan pesan yang tegas bahwa mereka mengakui Negara Palestina, saya yakin besok akan lebih banyak lagi yang melakukan hal serupa,” terang Khairi.
“Apalagi, mayoritas negara di dunia pernah merasakan pengalaman yang sama; penjajahan. Ini pasti membangkitkan nurani para pemimpin dunia untuk mendukung terwujudnya solusi permanen atas konflik Israel-Palestina.”
“Lebih jauh, kita juga menyaksikan kemarin di Shangri-la Dialogue, Pak Prabowo (Subianto) menyampaikan proposal komprehensif agar segera mengambil langkah gencatan senjata yang permanen (permanent ceasefire) dan secara tegas mendukung Solusi Dua Negara (Two State Solution). Solusi yang dulu juga pernah diperjuangkan oleh Presiden Gus Dur,” lanjutnya.
Oleh karena itu, tren menuju solidaritas dunia untuk mengakui Palestina sebagai negara berdaulat semakin terang dan terus akan menggelinding seperti bola salju.
Solusi Dua Negara sebagai solusi perdamaian yang abadi antar dua negara, akan menjadi proposal yang menyedot persetujuan negara negara di dunia.
Sumber: mediaindonesia