ABWNEWS – Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) melansir pada Kamis (16/5/2024) bahwa lebih dari 15 ribu anak telah terbunuh sejak dimulainya agresi Israel di Jalur Gaza pada 7 Oktober. Angka tersebut terus bertambah sehubungan dengan serangan brutal Israel yang masih terus berlangsung.
PRCS mengumumkan melalui unggahan di X bahwa 15.103 anak gugur dalam perang yang telah berlangsung selama lebih dari tujuh bulan. Jumlah itu belum termasuk yang syahid kemarin akibat pemboman artileri dan pesawat pendudukan Israel di berbagai wilayah Jalur Gaza.
Kantor berita WAFA melansir, di Kota Gaza sumber medis melaporkan bahwa lebih dari 30 warga sipil gugur sejak kemarin pagi. Jumlah itu termasuk 10 anak-anak ketika pesawat tempur pendudukan menargetkan keluarga al-Ghafri, Jahjouh, dan al-Dalu di wilayah Abu Iskandar, al-Sidra, dan Jalan al-Sahaba.
Di Kota Rafah, setidaknya empat orang syahid dan lainnya terluka dalam serangan udara Israel yang menargetkan sebuah rumah di selatan kota. Selain itu, seorang warga sipil juga syahid dan lainnya terluka dalam pengeboman yang menargetkan kawasan Bundaran al-Awda di pusat kota, sementara artileri pendudukan terus menargetkan lingkungan Khirbet al-Adas dan al-Geneina di timur kota.
Bersamaan dengan itu, jurnalis Mohammad Jahjouh beserta anggota keluarganya tewas akibat pemboman Israel yang menargetkan rumah mereka di Jalur Gaza utara. Pesawat-pesawat tempur pendudukan melancarkan serangan intensif di kawasan Jalan al-Hoja di kamp pengungsi Jabalia, yang menyebabkan kehancuran total di lingkungan pemukiman.
Setidaknya lima orang terluka dalam drone Israel yang menargetkan Taman Kanak-Kanak Abu Bakr al-Siddiq di kawasan al-Faluga.
Setidaknya empat warga sipil, termasuk seorang wanita hamil, juga syahid dan lainnya terluka, dalam serangan yang dilancarkan oleh pesawat tempur pendudukan yang menargetkan sebuah rumah di daerah al-Faluga di kamp pengungsi Jabalia, Jalur Gaza utara.
Sumber lokal mengatakan bahwa pasukan pendudukan lebih lanjut mengebom pemakaman al-Faluga di kamp Jabalia. Di Rafah, selatan Jalur Gaza, pasukan penjajah menargetkan sebuah rumah di daerah al-Husaynat, sebelah timur Rafah. Pendudukan juga menargetkan rumah warga di lingkungan al-Nasr dan Brasil di Rafah.
Israeli fighter jets carried out airstrikes on Jabalia refugee camp in northern Gaza. pic.twitter.com/TJs8d2NDlp
— Wafa News Agency – English (@WAFANewsEnglish) May 16, 2024
Jumlah warga Gaza yang syahid sejak dimulainya agresi Israel di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023 meningkat menjadi 35.233 orang. Sekitar 79.141 orang terluka. Sementara itu, ribuan terkubur reruntuhan, tak bisa dijangkau akibat ancaman pasukan Israel.
Sekelompok 20 organisasi hak asasi manusia terkemuka telah mengeluarkan pernyataan yang mengecam kegagalan para pemimpin dunia untuk bertindak bahkan ketika invasi Israel ke Rafah “memperburuk bencana kemanusiaan” di Gaza.
Pernyataan itu mengatakan negara-negara “memiliki tanggung jawab untuk segera mengambil tindakan untuk mengakhiri konflik ini, dan menuntut pertanggungjawaban atas pelanggaran berat hukum kemanusiaan internasional” yang terjadi di Gaza.
Pelanggaran-pelanggaran ini termasuk perintah evakuasi militer Israel serta gangguan terhadap upaya bantuan kemanusiaan di Gaza. Yang terakhir ini melanggar beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB serta perintah Mahkamah Internasional, kata kelompok hak asasi manusia.
Lembaga The Global Centre for the Responsibility to Protect (GCR2P) telah memperingatkan bahwa perintah evakuasi Israel terhadap masyarakat Gaza mungkin merupakan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan karena pemindahan paksa suatu populasi.
Kelompok yang berbasis di Jenewa ini mencatat bahwa berdasarkan hukum internasional, masyarakat harus memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkan evakuasi, serta rute yang aman ke daerah aman dengan akses terhadap bantuan, yang “tidak termasuk dalam perintah evakuasi berturut-turut Israel”.
Badan-badan kemanusiaan telah memperingatkan bahwa zona aman yang ditetapkan Israel di Gaza tidak mampu menampung gelombang pengungsi dan kurangnya layanan dasar, termasuk makanan, air, obat-obatan, listrik dan tempat tinggal yang memadai, kata kelompok itu.
A grieving Palestinian from Gaza City says his niece was killed by Israeli forces on her birthday, along with her grandmother and aunt. pic.twitter.com/OfACNbJA9n
— Quds News Network (@QudsNen) May 16, 2024
“Skala dan intensitas kejahatan kekejaman massal di Gaza terus melampaui mimpi terburuk kami,” kata Savita Pawnday, direktur eksekutif GCR2P.
“Perintah evakuasi yang berulang kali memaksa orang-orang yang menderita untuk terusir, penutupan penyeberangan yang menolak bantuan kepada keluarga dan anak-anak yang menghadapi kelaparan, pengeboman tanpa henti dan kuburan massal yang mengungkap bukti penyiksaan, semuanya menunjukkan penghinaan terhadap hukum internasional dan hak asasi manusia.”
Sumber: republika